Sumber: asianagri.com
Perubahan iklim dunia sudah bukan lagi sekedar ramalan.
Dampaknya semakin dirasakan, tidak terkecuali oleh masyarakat Indonesia. Butuh
upaya bersama untuk meredam dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Selain
pemerintah dan masyarakat, perusahaan seperti Royal GoldenEagle juga memiliki tanggung jawab yang sama untuk memerangi
perubahan iklim yang kian meresahkan.
Sebagai perusahaan yang berbasis pada alam, Royal Golden Eagle merasa memiliki
tanggung jawab besar untuk membantu memerangi perubahan iklim dengan menjaga
kelestarian lingkungan sekitar. Rasa tanggung jawab tersebut juga menurun pada
salah satu anak usahanya, Asian Agri. Berbagai upaya pun dilakukan. Berikut
cara yang ditempuh Asian Agri untuk membantu menata iklim dunia.
1. Konservasi Hutan
Asian Agri memiliki kebijakan nol deforestasi yang sangat
ketat. Sejak tahun 2003, anak usaha Royal
Golden Eagle tersebut telah berhenti memperluas kebun intinya dan lebih
fokus pada pengembangan kemitraan dengan petani swadaya dan meningkatkan
efisiensi produksi.
Untuk menjaga kelestarian alam, Asian Agri memiliki program
konservasi demi melestarikan hutan dengan kandungan karbon tinggi. Kerja sama
dengan para ahli dijalin untuk memetakan area hutan HCS (High Carbon Stock) dan menentukan metodologi serta ambang batas
potensi emisi gas.
Asian Agri juga memastikan bahwa operasi-operasi perusahaan
dilakukan di wilayah yang rendah keanekaragaman hayati. Daerah-daerah yang
menjadi habitat spesies langka dihindari dan dijaga kelestariannya. Selain itu
Asian Agri juga menjaga zona dengan nilai budaya tinggi.
2. Efisiensi Pemanfaatan Air dan Energi
Dalam operasionalnya, Asian Agri selalu berpegang pada
prinsip-prinsip keberlanjutan. Pemanfaatan air selama proses produksi dilakukan
seefisien mungkin. Daur ulang air menjadi salah satu cara perusahaan untuk
menekan produksi limbah. Tidak berhenti di situ saja, unit bisnis Royal Golden Eagle tersebut juga
memanfaatkan limbah produksi sebagai sumber energi terbarukan.
Efisiensi produksi juga dilakukan secara ketat. Perlindungan
lahan gambut dilakukan. Pemantauan dan pengurangan emisi gas rumah kaca juga
menjadi perhatian perusahaan.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik pabriknya, selama periode
2015 - 2019 Asian Agri telah membangun tidak kurang dari 10 unit PLTBg
(Pembangkit Listrik Tenaga Biogas) berkapasitas 1 MW - 2,2 MW. Selain untuk
memenuhi kebutuhan energi pabrik, PLTBg tersebut juga dibangun untuk membantu
menerangi rumah masyarakat di sekitar area operasi.
3. Memerangi Kebakaran Hutan dan Lahan
Selain memiliki kebijakan nol deforestasi, Asian Agri juga
memiliki kebijakan zero burning.
Aktivitas pengelolaan perkebunan dilakukan dengan cara-cara yang bertanggung
jawab dan bebas dari api. Tidak ada pembakaran selama proses membuka lahan.
Sebagai gantinya, Asian Agri menggunakan cara-cara yang lebih ramah lingkungan
dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
Unit bisnis Royal
Golden Eagle ini juga menularkan kebijakan zero burning kepada mitra petani. Sosialisasi akan praktek
pertanian yang bertanggung jawab rutin dilaksanakan. Selain itu, Asian Agri
juga siap membantu mitra petani yang membutuhkan bantuan peralatan dan ingin
menerapkan praktek pertanian yang bertanggung jawab.
Upaya Asian Agri dalam memerangi kebakaran hutan juga
dilakukan lewat program Desa Bebas Api. Insentif rutin diberikan kepada
desa-desa yang berhasil menjaga hutannya dari kebakaran. Hingga tahun 2019,
program ini telah menjangkau lahan seluas 600.000 hektar.
Selain menerapkan tiga cara di atas, Asian Agri juga
menerapkan kebijakan zero waste yang
sangat ketat. Limbah POME (Palm Oil Mill
Effluent) sisa produksi minyak sawit dimanfaatkan untuk pupuk dan bahan
baku penggerak PLTBg. Sedangkan untuk limbah yang tidak bisa didaur ulang atau
dimanfaatkan kembali, unit bisnis Royal Golden Eagle tersebut
mengelolanya hingga aman untuk dibuang ke aliran air.
0 komentar:
Posting Komentar